Lebih Dekat dengan John Martono, Seniman Pencipta Mozaik Jembatan Pelangi Antapani Bandung

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG– Siapa yang tak pernah mendengar nama John Martono? Seniman kelahiran Kota Batu Malang, ini banyak memberikan warna baru di Kota Bandung . Pria berambut gondrong ini adalah sosok dibalik indahnya mozaik Jembatan Pelangi Antapani, Teras Cikapundung, Pasar Cihapit, Pasar Kosambi, dan karya terbarunya adalah mural Terminal Leuwipanjang. Keindahan hasil karya mural dari John Martono membuat sebuah perubahan gaya hidup masyarakat saat ini yang senang mengabadikan perjalanannya melalui foto ketika melewati jalan yang dilaluinya.

Foto : Istimewa / internet

Ditemui Tribun Jabar di Hotel Hilton Jalan HOS Tjokroaminoto, Kota Bandung, Rabu (12/12/2018), John Martono menceritakan soal perjalanan seninya. Captain John, begitulah Ia lebih akrab disapa. Ia mengatakan telah menekuni dunia seni sejak kecil, dimana setiap karyanya hingga saat ini masih disimpan oleh ibunya. Jatuh cinta akan dunia seni dan menjadi hal yang tak bisa dipisahkan membuat Captain John datang ke Bandung untuk mengenyam pendidikan seni rupa di ITB.

“Setelah lulus kuliah, aku baru terjun ke dunia profesional hingga pameran di luar dan dalam negeri,” ujar John Martono.

Seringkali membuat karya, John Martono mengaku tak pernah puas akan rasa cukup untuk berkarya. Ia selalu penasaran apakah karyanya akan tetap begitu saja atau justru berubah.

“Tantangan seorang seniman itu harus berpikir untuk membuat hal yang baru untuk karyanya. Aku selalu penasaran sama diriku sendiri, jadi aku terus menerus menggali,” ujar John.

Dalam berkarya, Captain John tak asal yang penting memiliki karya. Justru karya adalah sebuah riset bagi dirinya. Menurutnya bentuk seni mural ini menjadi tanggung jawab seorang seniman sebagai individu melalui seninya. Berbagai pameran pernah diikutinya, salah satu pameran yang paling berkesan adalah saat mengikuti pameran seni serat terbesar di Lodz Polandia bernama “The World Trienalle Fiber Art” pada 2006.

“Pameran ini hanya bisa diikuti sekali seumur hidup. Berbagai seniman luar negeri ikut disana, suatu kehormatan karya saya bisa ikut tampil di sana,” ucap John.

Captain John juga dikenal memiliki kampanye untuk teman-teman seniman lainnya, dimana seni itu harus diatur, terutama mengatur pribadi diri sendiri. Menurutnya banyak orang yang memiliki kemampuan artistik namun berakhir tidak karuan karena tidak mampu mengatur dirinya sendiri.

“Ada yang karyanya keren tapi garis karyanya nggak jelas mau kemana, kan sayang banget kalau gitu,” ujar dosen seni tekstil, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB ini.

Jika biasanya seniman dikenal dengan gaya hidupnya yang urakan dan berantakan, tetapi tidak untuk Captain John. Ia memiliki time management yang rapi untuk hidup dan karyanya. Misalnya saja, Ia memiliki program menghabiskan waktu 4 jam sehari untuk berkarya di studio.

“Aku nggak begadang karena aku senang bangun pagi. Aku selalu bangun jam 5 pagi dan jam setengah 11 handphone sudah off. Jika ada teman datang di jam kerja pasti aku tolak, kecuali hari libur” ujarnya mantap.

Captain John merasakan bagaimana sibuknya menjadi seniman selama 15 tahun ini. Berkarya adalah penelitian, garis karyanya harus jelas dan ada tanggung jawab di dalamnya.

___

Artikel asli :  tribunjabar.id dengan judul: Lebih Dekat dengan John Martono, Seniman Pencipta Mozaik Jembatan Pelangi Antapani BandungPenulis: Putri Puspita Nilawati – Editor: Ichsan

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: